This awesome blogger theme comes under a Creative Commons license. They are free of charge to use as a theme for your blog and you can make changes to the templates to suit your needs.
RSS

Essai: Cerpen Sungai Karya Nugroho Notosusanto



Cerpen Sungai karya Nugroho Notosusanto mengisahkan tentang perjuangan Sersan Kasim, Kepala Regu 3, Peleton 2 dari Kompi TNI terakhir yang akan kembali ke daerah operasinya di Jawa Barat. Pada masa penguasaan penjajah Belanda tahun 1948, Sersan Kasim berserta para tentara lainnya berjalan dari Yogya-Priyangan. Dalam perjalanan itu, Sersan Kasim harus membawa anaknya yang bernama Acep, yang telah ditinggal ibunya sehari setelah ia dilahirkan. Untuk sampai daerah tujuan, mereka harus melewati Sungai Serayu. Pada awalnya, komandannya menyuruh ia untuk menitipkan Acep karena Acep dapat membahayakan keselamatan para prajurit jika ia menangis. Namun Sersan Kasim tetap bersikeras untuk membawa Acep. Saat mereka menyeberang dan sampai di tengah-tengah sungai yang dalam, Acep menangis. Dari hulu sungai, sebuah peluru kembang api ditembakkan. Semua prajurit memandang Sersan
Kasim. Beberapa saat kemudian, suara Acep meredup. Dan keesokan paginya, mereka singgah di sebuah desa untuk memakamkan Acep.
Dalam cerpen Sungai ini, terdapat tema yang tersampaikan kepada pembaca yaitu pengorbanan seorang ayah demi menjalankan tugas negara. Tergambarkan ketika Sersan Kasim harus mengorbankan anaknya yang sangat disayanginya demi melindungi keselamatan tentara yang lainnya dari serangan musuh.
Sebuah alur menggambarkan kejadian-kejadian yang terjadi dalam sebuah cerita. Tanpa adanya alur, cerita akan sulit untuk dipahami bagaimana urutan kejadiannya. Dalam cerpen Sungai, alur yang digunakan adalah alur maju back tracking. Alur maju back
tracking yaitu kejadian yang terjadi dalam cerita berlangsung secara kronologis atau sesuai dengan urutan waktu, akan tetapi ada beberapa bagian cerita yang memunculkan kejadian yang sudah lampau atau flash back. Namun pada hakikatnya cerita itu tetap berjalan maju . Dalam urutan alur, pada tahap perkenalan terdapat pengenalan tokoh tentang identitas Sersan Kasim. Pemunculan masalahnya terjadi ketika Sersan Kasim harus melakukan perjalanan jauh dengan membawa anaknya dan ketika komandan menyuruhnya untuk menitipkan Acep. Klimaks terjadi ketika Sersan Kasim harus mempertahankan Acep ketika melewati sungai yang deras agar Acep tidak menangis. Akan tetapi ketika di tengah-tengah sungai, Acep menangis. Antiklimaks terjadi ketika Acep berhenti menangis dan semua kompi tiba di tepi sungai dengan selamat. Solusi yang diberikan pengarang pada cerpen ini merupakan surprise karena pembaca tidak mengetahui apa yang sebenarnya terjadi sehingga Acep berhenti menangis.
Tokoh utama yang terdapat dalam cerpen Sungai yaitu Sersan Kasim yang mempunyai sifat penyayang dan bertanggung jawab. Sifat penyayang ditandai dengan rasa sayangnya Sersan Kasim kepada istrinya dan Acep anaknya. Karena rasa sayangnya kepada Acep, Sersan Kasim tetap membawa Acep dalam perjalanan yang sulit daripada menitipkan pada orang lain. Bertanggung jawab, sebagai kepala regu, ia rela mengorbankan anaknya yang sangat dicintainya demi menjaga keselamatan tentara lainnya.
Latar merupakan terjadinya peristiwa yang berupa tempat, waktu, maupun suasana. Latar tempat terjadi di sungai, pada judulnya sudah menggambarkan tempat peristiwa berada di sungai dalam kalimat “mereka tiba kembali di tepian Sungai Serayu, akan tetapi jauh di hulu, di kaki pegunungan daerah Banjarnegara”. Di Jawa Barat dalam kalimat “akan kembali ke daerah operasinya di Jawa Barat”. Di Yogja ketika istri Sersan Kasim, Aminah, menghabiskan sisa tenaganya untuk melahirkan Acep. Di pinggir desa, tempat acep dimakamkan.
Latar waktu terjadi pada pukul satu malam, gelap dan hujan saat prajurit melakukan perjalanan menuju ke Priangan, Jawa Barat. Sepuluh bulan yang lalu, tepatnya bulan Februari 1948 ketika Sersan Kasim dan kompinya menyeberangi sungai yang sama. Pada waktu fajar merekah, dalam kalimat “keesokan harinya, pada waktu fajar merekah, kompi menunda perjalanannya sementara waktu” untuk mengikuti pemakaman Acep.
Latar suasana terjadi ketika masa peperangan dalam kalimat “persetujuan gencatan senjata telah dilanggar, dan Republik tidak merasa terikat lagi oleh perjanjian yang sudah ada”. Mencekam, dalam kalimat “hati-hati Kasim memimpin anak buahnya menuruni tebing yang curam dan licin”. Menegangkan, dalam kalimat “Seluruh kompi memandang kepada dia bergantung kepada dia. Nasib seluruh kompi tertimpa pada bahunya”.
Judul cerpen Sungai sudah menyuratkan tentang suatu kejadian yang berlangsung di sungai. Sudut panang merupakan tempat pengarang dalam mengambil posisi di dalam cerita. Pengarang menggunakan sudut pandang orang ketiga yang serba tahu. Pengarang mengetahui dengan pasti keseluruhan yang ada pada tokoh, baik pembicaraan lahir maupun batinnya. Sudut pandang orang ketiga ditandai dengan penggunaan kata ia, dia, dan nama dalam menyebut tokoh-tokohnya.
Gaya bahasa merupakan cara pengarang menyampaikan gagasannya dengan menggunakan media bahasa yang indah dan bermakna. Dalam cerpen Sungai, pengarang banyak menggunakan kalimat-kalimat yang indah, seperti keharuan yang menggetarkan sanubarinya, hujan turun selembut embun namun cukup membasahkan, rambutnya lebat seperti hutan di Priangan, Acep menangis, melolong-lolong, merobek-robek kesunyian malam dari tebing ke tebing, suaranya tajam menyayat hati, dan Sunyi turun kembali ke bumi, berat menekan di dada sekian puluh lelaki yang jantungnya berdegup seperti bedug ditabuh bertalu-talu, yang terdengar hanya derau air yang tak putus-putusnya, dan keesokan harinya, pada waktu fajar merekah.

0 komentar:

Posting Komentar