“Kebudayaan Haul Syekh Abdul Kahfi”
Disusun
untuk memenuhi tugas akhir Pengantar Ilmu Budaya
Disusun oleh:
Nama : Rahmi
Maghfiroh
NIM :
2101413002
Rombel : 1
Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia
Fakultas Bahasa dan Seni
Universitas Negeri Semarang
2013
PRAKATA
Puji
syukur kehadirat Allah SWT atas
segala limpahan rahmat, taufik serta hidayah-Nya sehingga
saya dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Kebudayaan Haul Syekh Abdul
Kahfi”. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas akhir Pengantar Ilmu Budaya.
Penyusunan makalah ini tidak lepas dari
bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini
saya menyampaikan terima kasih kepada Bapak Suseno dan Ibu Meina F. selaku dosen
pembimbing dan semua pihak yang membantu menyelesaikan makalah ini hingga
selesai.
Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena
itu, saran dan kritik yang cerdas dan konstruktif sangat diharapkan demi
perbaikan saat ini dan mendatang. Namun terlepas dari itu, diharapkan makalah
ini dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan pembaca pada umumnya.
Semarang, Desember 2013
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar
Belakang
Budaya
atau kebudayaan manusia adalah cara hidup yang berkembang dan dilakukan oleh
sebuah kelompok masyarakat
yang diwariskan secara turun-temurun. Sebuah kebudayaan biasaya terbentuk
melalui hubungan antar individu dalam kelempok tersebut yang saling membutuhkan.
Kebudayaan
yang dimiliki oleh bangsa Indonesia merupakan kebudayaan yang majemuk dan kaya
ragamnya. Perbedaan yang terjadi dalam kebudayaan Indonesia dikarekan proses
pertumbuhan yang berbeda dan pengaruh dari kebudayaan lain yang ikut bercampur
di dalamnya. Hal yang terjadi dari pertumbuhan kebudayaan adalah perubahan
kebudayan. Perubahan kebudayaan terjadi karena adanya interaksi dengan
kebudayaan lain dan setiap manusia menginginkan suatu perubahan yang lebih
baik. Persebaran kebudayaan juga berpengaruh terhadap pertumbuhan kebudayaan.
Persebaran kebudayaan tidak dapat terhalangi karena adanya pengaruh globalisasi
sekarang ini.
1.2. Rumusan Masalah
1.
Bagaimana sejarah pelaksanaan haul
Syekh Abdul Kahfi?
2.
Apakah tujuan dari pelaksanaan haul
Syekh Abdul Kahfi?
3.
Kapan pelaksanaan haul Syekh Abdul
Kahfi?
4.
Dimana pelaksanaan haul Syekh Abdul
Kahfi?
5.
Siapa saja yang mengikuti haul Syekh Abdul Kahfi?
6.
Bagaimana pelaksanaan haul Syekh Abdul Kahfi?
7.
Apa saja unsur
kebudayaan yang ada dalam pelakanaan haul Syekh Abdul Kahfi?
8.
Apakah perubahan
kebudayaan yang terjadi dalam pelaksanaan haul Syekh Abdul Kahfi?
9.
Apakah
persebaran kebudayaan yang terjadi dalam pelaksanan haul Syekh Abdul Kahfi?
1.3. Tujuan
1.
Untuk mengetahui sejarah pelaksanaan
haul Syekh Abdul Kahfi.
2.
Mengetahui tujuan dari pelaksanaan haul
Syekh Abdul Kahfi.
3.
Mengetahui waktu pelaksanaan haul Syekh
Abdul Kahfi.
4.
Mengetahui tempat pelaksanaan haul
Syekh Abdul Kahfi.
5.
Mengetahui peserta yang mengikuti haul Syekh Abdul Kahfi.
6.
Mengetahui jalannya pelaksanaan haul Syekh Abdul Kahfi.
7.
Mengetahui unsur
kebudayaan yang ada dalam pelaksanaan haul Syekh Abdul Kahfi.
8.
Mengetahui
perubahan kebudayaan yang terjadi dalam pelaksanaan haul Syekh Abdul Kahfi
selama ini.
9.
Mengetahui persebaran kebudayaan
dalampelaksanaan haul Syekh Abdul Kahfi selama ini.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.
Sejarah Pelaksanaan Haul Syekh Abdul Kahfi
Pondok Pesantren
Al-Kahfi yang terletak di Somelangu, Kecamatan Kebumen, awalnya didirikan oleh Syekh
As Sayid Abdul Kahfi Al Hasani atau yang lebih dikenal dengan Syekh Abdul
Kahfi. Syeh Abdul
Kahfi merupakan keturunan ke-22 Rasulullah saw dari Sayidina Hasan ra,
melalui jalur Syekh As Sayid Abdul Bar putra Syekh As Sayid Abdul Qadir Al
Jaelani Al Baghdadi. Beliau semula merupakan tokoh ulama yang berasal dari
Hadharamaut, Yaman. Lahir pada 15 Sya’ban 827 H, di kampung Jamhar, Syihr. Syekh
Abdul Kahfi pertama kali datang di Jawa tahun 852 H/ 1448 M dan mendarat di Karang
Bolong, Kabupaten Kebumen. Setelah mengislamkan beberapa resi di Kebumen,
beliau akhirnya tiba di Somelangu. Di tempat yang awalnya merupakan hutan
belantara, beliau bermujahadah kepada Allah SWT agar kelak suatu hari tempat
tersebut menjadi tempat dakwah yang islmiyah dan penuh barokah.
Setelah ± 27 tahun
mengembara menyebarkan agama islam di daerah lain, beliau kemudian kembali ke Somelangu.
Di sana, dibangunlah Pondok Pesantren Al-Kahfi Somelangu pada 25 Sya’ban 879 H
atau bersamaan dengan Rabu, 4 Januari 1475 M (berdasarkan Prasasti Batu Zamrud
Siberia). Beliau mengasuh pondok pesantren selama ± 130 tahun. Syekh Abdul
Kahfi wafat pada malam Jumat, 15 Sya’ban 1018 H atau bertepatan dengan 12 November
1609 M. Beliau dimakamkan di Bukit Lemah Lanang, Somelangu, Kebumen. Dan
beliaulah orang pertama yang dimakamkan
di tempat tersebut.
Untuk memperingati
setiap tahun wafatnya Syekh As Sayid Abdul Kahfi Al Hasani, maka diadakan
sebuah acara haul Syekh Abdul Kahfi.
2.2.
Tujuan Pelaksanakan Haul Syekh Abdul Kahfi
Haul merupakan acara
yang diadakan untuk mendoakan atau mengirim hadiah berupa bacaan-bacaan
Alquran, tahlil, dan doa-doa yang lainnya. Awal mula dilaksanakannya haul di
pondok pesantren di Somelangu adalah untuk mendoakan Syekh As Sayid Abdul Kahfi
Al Hasani beserta keturunannya. Yaitu Syeikh Abdur Rahman, Syekh Abdul Kahfi
Awal, Syekh Abdul Kahfi Tsani, Syekh Toifur, dan Syeikh Mahfud. Namun tujuan
haul bukan hanya untuk mendoakan para syekh, akan tetapi ada juga tujuan haul
yang lain, antara lain:
- dilaksanakan untuk menjaga dan mempererat tali silaturahmi antarumat beragama khususnya muslim,
- menambah tali persaudaraan antarumat beragama,
- menumbuhkan rasa bersyukur atas rizki yang telah diberikan oleh Allah SWT.
2.3.
Waktu Pelaksanaan Haul Syekh Abdul Kahfi
Pelaksanaannya dilakukan setiap 15 Sya’ban atau hari
Kamis terakhir sebelum dilakukan puasa Ramadhan. Pelaksanaan haul dimulai pada
sore hari dan berlangsung selama dua hari.
2.4.
Tempat Pelaksanaan Haul Syekh Abdul Kahfi
Haul Syekh Abdul Kahfi dilaksanakan di masjid Pondok
Pesantren Al-Kahfi dan disekitar area pondok.
2.5.
Peserta Haul Syekh Abdul Kahfi
Peserta haul
awalnya hanya terbatasa pada para santri, pengurus pondok pesantren, dan
masyarakat sekitar. Namun sekarang peserta haul sudah terbuka bagi umum, banyak
anggota pengajian dari luar daerah bahkan luar Pulau Jawa yang datang ke Somelangu
hanya untuk mengikuti acara haul.
Bagi
warga sekitar Somelangu dan desa-desa tetangga, setiap orang wajib membuat nasi
bungkus yang akan dibagikan ketika acara haul selesai.
2.6.
Pelaksanaan Haul Syekh Abdul Kahfi
Dimulai dengan berziarah di makam Lemah Lanang kemudian
melaksanakan tahlil di halaman pondok pesantren bersama para santri dan
masyarakat sekitar. Namun, seiring berjalannya waktu, pelaksanaan haul berubah.
Dari yang awalnya hanya berupa pengajian untuk mendoakan Syekh Abdul Kahfi beserta
keturunannya dan hanya berlangsung selama sehari. Namun sekitar ± 10 tahun
terakhir, haul dilaksanakan dengan lebih lama yaitu sekitar dua hari dan ketika
haul diadakan pula pasar malam.
Pelaksanaan
haul pada hari pertama dimulai dengan pawai yang dilaksanakan pada sore hari.
Pawai diikuti oleh para santri, lembaga masyarakat sekitar, dan beberapa
kesenian daerah seperti rodat, jamjaneng, rebana, calung, kuda lumping, cepet,
dan angguk atau wayang orang. Malam harinya, diadakan khatam Alquran atau kitab
oleh para santri. Pada hari kedua, diadakan haul di Pondok Pesantren Al-Kahfi.
Kegiatan
haul berlangsung dari pukul 08.00 s.d. 13.00 WIB. Setelah kegiatan haul
selesai, panitia akan membagikan nasi bungkus yang telah dibuat oleh warga
sekitar kepada para jemaah yang hadir. Pembagian nasi bungkus menjadi kegiatan
yang ditunggu-tunggu oleh para jamaah. Pembagian nasi bungkus dilakukan dengan
melemparkan nasi dan para jamaah berebut menangkap nasi bungkus itu. Mereka
percaya bahwa jika mereka mendapatkan nasi bungkus dan memakannya, mereka akan
mendapatkan banyak berkah.
2.7.
Unsur Kebudayaan yang ada dalam Pelaksanaan Haul
Syekh Abdul Kahfi
1)
Sistem religi
Dalam pelaksanaan haul Syekh Abdul Kahfi terdapat
unsur kebudayaan berupa sistem religi, yaitu pelaksanaan haul dilaksanakan
sebagai sarana untuk mendoakan Syekh Abdul Kahfi dan keturunannya.
2)
Sistem
organisasi kemasyarakatan
Organisasi
kemasyarakatan yang terdapat dalam pelaksanaan haul adalah adanya sebuah
organisasi Pondok Pesantren Al-Kahfi.
3)
Kesenian
Ada
berbagai kesenian daerah yang ada dalam pelaksanaan haul, diantaranya adalah
rodat, jamjaneng, rebana, calung, kuda lumping, cepet, dan angguk atau wayang
orang.
4)
Sistem mata
pencaharian
Dalam
pelaksanaan haul, berdagang pada saat diadakan haul merupakan sistem mata
pencaharian yang digunakan oleh warga sekitar.
5)
Sistem teknologi
dan peralatan
Awal
dilaksanakannya haul, jamaah harus berebut tempat duduk yang dekat dengan
panggung utama agar dapat dengan jelas mendengarkan doa-doa yang sedang
dipanjatkan oleh Syekh yang memimpin. Namun sekarang, sudah ada teknologi
berupa microphone atau alat pengeras
suara dan sebuah layar yang dipasang di luar area pondok pesantren agar jamaah
yang tidak mendapat tempat duduk di dalam, tetap dapat mendengarkan doa-doa
yang dipanjatkan dan melihat situasi di dalam pondok pesantren saat haul
berlangsung.
2.8.
Perubahan Kebudayaan
a.
Akulturasi
Perubahan kebudayaan
yang terjadi dalam pelaksanaan haul Syekh Abdul Kahfi, menurut saya adalah
akulturasi. Akulturasi merupakan penggabungan dua kebudayaan yang masih
memiliki unsur-unsur yang sama. Dalam pelaksanaan haul Syekh Abdul Kahfi,
terdapat penggabungan dua kebudayaan yaitu kebudayaan Islam dan Hindhu. Sebelum agama islam datang ke Jawa,
orang-orang Jawa adalah penganut agama Hindu yang kuat. Ini merupakan suatu
tantangan untuk para ulama yang hendak menyebarkan agama islam di daerah jawa.
Akhirnya muncullah walisanga yaitu orang-orang yang menyebarkan agama islam di
tanah jawa. Hal pertama yang mereka lakukan untuk memperkenalkan islam kepada
masyarakat yaitu dengan menampilakan kesenian-kesenian yang merupakan ajaran
Hindu yang disadur menjadi kesenian yang bernuansa islam. Melalui kesenian
inilah mula-mula para walisanga memberikan gambaran tentang agama islam kepada
masyarakat.
Para wali
mengenalkan ajaran-ajaran yang terkandung dalam Al Qur’an dan hadis mula-mula
dengan cara yang mirip dengan agama masyarakat pada umumnya sebelum menganut
islam. Sehinggga kini terciptalah islam kejawen. Yaitu para umat islam yang
ritualnya hampir mirip dengan agama hindu karena hasil asimilasi kebudayaan
pada masa lampau. Dan hal tersebut masih berjalan hingga kini. Yaitu dua
kebudayaan yang saling beriringan, meskipun hakikatnya telah islam, caranya
masih banyak yang layaknya agama hindu yang pada kenyataannya adalah agama
nenek moyang di jawa.
Begitu
pula dengan haul atau mendoakan wafatnya seseorang setiap tanggal kematiannya
atau orang Jawa sering menyebutnya nahun. Merupakan kebudayaan hindu yang
disadur menjadi kebudyaan islam yang menjadi kegiatan tahlilan.
Selain itu, kegiatan
pasar malam yang diadakan selama haul berlangsung merupakan proses akulturasi.
Karena pada awalnya, dalam peringatan haul Syekh Abdul Kahfi, belum diadakan
pasar malam. Namun sekarang, kegiatan haul justru lebih melekat dengan adanya
pasar malam. Orang-orang lebih banyak yang datang pada waktu malam hari hanya
untuk berbelanja barang-barang yang murah seperti peralatan dapur, pakaian, dan
barang-barang elektronik daripada mengikuti pengajian yang diadakan.
Pasar malam merupakan
kegiatan berdagang yang dilakukan oleh masyarakat sekitar. Antara haul dan
pasar malam merupakan penggabungan kebudayaan islam yaitu haul dan kebudayaan
hindu yaitu berdagang. Karena awal mula berdagang ada di Indonesia, dilakukan
oleh orang-orang hindu yang datang ke Indonesia.
b.
Difusi
Dalam
penyelenggaraan haul Syekh Abdul Kahfi, ada perubahan kebudayaan yang terjadi
yaitu difusi. Difusi merupakan menyebarnya unsur budaya dari suatu kelompok ke kelompok
lain. Kebudayaan kelompok masyarakat
di suatu wilayah bisa menyebar ke masyarakat wilayah lain.
Haul awalnya dilaksanakan tanpa menggunakan pengeras suara
atau microphone. Seiring dengan
berjalannya waktu, dibuatlah sebuah pengeras suara oleh orang-orang Eropa dan
pengeras suara itu sampai dan diterima di negara kita. Sekarang, haul
dilaksanakan dengan menggunakan pengeras suara supaya orang-orang yang
mengikuti haul dapat mendengarkan dengan jelas doa yang dipanjatkan.
c.
Asimilasi
Asimilasi
atau assimilation adalah proses sosial yang timbul bila ada golongan-golongan
manusia dengan latar belakangan kebudayaan yang berbeda-beda yang saling
bergaul langsung secara intensif untuk waktu yang lama, sehingga
kebudayaan-kebudayaan golongan-golongan tadi masing-masing berubah sifatnya
yang khas, dan unsur-unsurnya masing-masing berubah menjadi unsur-unsur
kebudayaan campuran.
Menurut
Richard Thomson, asimilasi adalah suatu proses di mana individu dari kebudayaan
asing atau minoritas memasuki suatu keadaan yang di dalamnya terdapat
kebudayaan dominan. Selanjutnya, dalam proses asimilasi tersebut terjadi
perubahan perilaku individu untuk menyesuaikan diri dengan kebudayaan dominan.
Contohnya
dalam peringatan haul, dulunya Syekh Abdul Kahfi dan keturunannya merupakan
masyarakat Yaman atau Arab. Disana, tidak ada tradisi untuk mengadakan haul
atau tahlilan. Mereka hanya memberi sedekah atau melakukan amalan bagi untuk
mendoakan orang yang sudah meninggal. Namun, masyarakat Jawa pada umumnya telah
melaksanakan tahlilan, yaitu dengan mengunjungi makan orang yang sudah
meninggal dan melakukan doa bersama. Lama kelamaan, Syekh Abdul Kahfi dan
keturunannya mengikuti acara tahlilan dengan memanjatkan doa-doa untuk orang
yang telah meninggal.
2.9.
Persebaran Kebudayaan
a.
Enkulturasi
Persebaran
kebudayaan yang terjadi dalam pelaksanaan haul adalah enkulturasi. Proses enkulturasi adalah persebaran kebudayaan yang
berkaitan dengan sistem norma yang berlaku di masyarakat. Masyarakat pada
umumnya dan masyarakat muslim mempunyai keyakinan bahwa haul adalah kegiatan
wajib yang harus dilakukan oleh orang muslim setelah kematian atau wafatnya
sanak-saudaranya. Mereka akan menganggap bagi warga yang tidak melaksankan haul
adalah tindakan yang tidak sesuai dengan norma atau adat yang berlaku. Apalagi
jika di desa-desa, mereka akan mencemooh orang-orang yang tidak melaksanakan
haul. Oleh sebab itu,biasanya masyarakat akan tetap melaksanakan haul meskipun
harus berhutang dulu kepada tetangga atau saudaranya. Padahal dalam ajaran
islam, sebenarnya tidak menganjurkan manusia untuk melaksanakan haul. Haul
hanya dilaksanakan dengan mendoakan, bukan dengan acara selamatan.
Enkulturasi
juga terjadi dalam pembuatan nasi bungkus. Bagi warga Desa Somelangu dan
Candimulyo, membuat nasi bungkus wajib
bagi tiap-tiap kepala. Namun, bagi warga Desa Roworejo, Tanahsari, maupun
Wonosari, membuat nasi bungkus tidak wajib. Biasaya warga yang membuat nasi
bungkus hanyalah warga yang akan menghadiri pelaksanaan haul.
b.
Sosialisasi
Sosialisasi
merupakan proses persebaran kebudayaan karena ada kebersinggungan dengan orang
lain. Dalam pelaksanaan haul Syekh Abdul Kahfi, menurut saya ada sebuah proses
sosialisasi yaitu proses dimana masyarakat secara luas bahkan di lain pulau
dapat mengenal sosok Syekh Abdul Kahfi dan mengetahui tepatnya diadakan
peringatan haul. Masyarakat secara luas dapat mengetahui Syekh Abdul Kahfi
melalui keberadaan pondok pesantren Al-Kahfi yang telah dibangun oleh beliau pada
tahun 1475 serta melalui penggembaraannya dalam menyebarkan agama islam di
Indonesia.
c.
Internalisasi
Internalisasi
adalah proses pemasukan nilai pada seseorang yang akan membentuk pola pikirnya
dalam melihat makna realitas pengalaman. Nilai-nilai tersebut bisa jadi dari
berbagai aspek baik agama, budaya, norma sosial dll. Dalam pelaksanaan haul,
proses internalisasi yang terjadi berupa aspek agama. Yaitu manusia didik untuk
mengenal tentang apa yang harus dilakukan ketika memperingati satu tahun meninggalnya
seseorang.
BAB III
PENUTUP
3.1.
Simpulan
Sejarah
kehidupan manusia menjadi suatu rangkaian yang erat sepanjang kehidupan
manusia. Berkaitan dengan hal tersebut maka sejarah kehidupan manusia akan
berkaitan erat dengan kebudayaannya. Terutama kebudayaan asing yang telah
memberikan pengaruh dalam kehidupan bangsa Indonesia dan khususnya memberikan
pengaruh pada pembentukan kebudayaan Indonesia. Sejarah tersebut memberikan
pelajaran dan pengalaman untuk manusia di masa sekarang dan di masa yang akan
datang.
Kebudayaan sangat erat hubungannya
dengan masyarakat. Melville J. Herskovits dan Bronislaw Malinowski mengemukakan
bahwa segala sesuatu yang terdapat dalam masyarakat ditentukan oleh kebudayaan
yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri. Istilah untuk pendapat itu adalah Cultural-Determinism.
Secara kronologis perkembangan kebudayaan (budaya) Indonesia ditandai dengan masuknya budaya luar ke Indonesia. Dimana budaya-budaya tersebut mampu memperkaya keistimewaan budaya kita akan tetapi tidak semua budaya luar itu baik dan tidak pula semua jelek. Kebudayaan yang masuk merupakan pengaruh agama yang di bawa para pedagang. Dengan masuknya kebudayaan lain, itu tidak akan merusak tatanan budaya asli akan tetapi menambah dan memperkuat budaya setempat.
Secara kronologis perkembangan kebudayaan (budaya) Indonesia ditandai dengan masuknya budaya luar ke Indonesia. Dimana budaya-budaya tersebut mampu memperkaya keistimewaan budaya kita akan tetapi tidak semua budaya luar itu baik dan tidak pula semua jelek. Kebudayaan yang masuk merupakan pengaruh agama yang di bawa para pedagang. Dengan masuknya kebudayaan lain, itu tidak akan merusak tatanan budaya asli akan tetapi menambah dan memperkuat budaya setempat.
3.2.
Saran
Dengan
masuknya berbagai kebudayaan dari luar secara leluasa, kita seharusnya dapat
memilih dengan selektif. Kita harus memilih kebudayaan mana saja yang sesuai
dengan kebudayaan kita dan menyaring kebudayaan yang tidak sesuai agar menjadi
kebudayaan yang sesuai dengan kebudayaan kita.
Kita
juga harus menjaga dan melestarikan segala kebudayaan yang kita miliki agar
tidak mengalami perubahan kebudayaan yang tidak sesuai dengan kebudayaan kita.
DAFTAR PUSTAKA
http://sejarah.kompasiana.com/2010/10/08/pesantren-dan-perguruan-islam-al-kahfi-somelangu-kebumen-283419.html diakses
pada tanggal 26
Desember 2013 pukul 09.00
WIB
http://pengertian-perubahan-dan-persebaran-kebudayaan/ diakses pada tanggal 24 Desember 2013 pukul
16.15 WIB
Berbagai sumber hasil pengamatan dan wawancara di
wilayah Somelangu, Kebumen.
0 komentar:
Posting Komentar