This awesome blogger theme comes under a Creative Commons license. They are free of charge to use as a theme for your blog and you can make changes to the templates to suit your needs.
RSS

Contoh Cerita Jenaka



Pak Pandir

Suatu hari Pak Pandir dan Mak Andih sedang berada di rumah. Mereka tidak pergi ke ladang karena hujan. Pak Pandir merasa lapar dan meminta Mak Andih membuatkan makanan. Mak Andih ingat ada pisang muda di dekat dapur. Mak Andih kemudian mengupas pisang itu satu persatu. Karena sudah merasa lapar, Pak Mandir meminta agar Mak Andih mempercepat memasak pisangnya. Karena kesal dengan tingkah Pak Pandir, Mak Andih mempunyai ide. Agar pisang yang masih muda terlihat sudah dimasak, pisang itu dilumurkan pada punggung kuali dan menjadi hitam seperti sudah dibakar. Kemudian Mak Andih memberikan pisang itu kepada Pak Pandir. Melihat pisang itu sepertinya sangat enak, Pak Pandir
langsung mengambil satu dan segera memakannya. Betapa kesalnya Pak Pandir setelah memakan pisang itu ternyata yang hitam terlihat seperti sudah dibakar itu ternyata adalah arang pada punggung kuali dan pisangnya juga masih muda.



Pak Kadok

Pak Kadok tinggal di sebuah negeri Chempaka Sari, dimana rajanya bergelar Indera Sari. Rajanya gemar menyabung ayam. Suatu hari, raja akan mengadakan pesta dengan menyabung ayam dan Pak Kadok berencana akan mengikutinya. Pak kadok pun membeli kertas dan menyuruh isterinya untuk membuat sebuah baju. Pak Kadok menyuruh agar bajunya tidak perlu dijahit, tetapi dilem saja. Walaupun Pak Kadok orang miskin, akan tetapi dia suka bergaya.

Pak Kadok pergi ke istana dengan membawa ayam kebanggaannya yang selalu menang, Biri Si Kunani namanya. Sebelum Pak kadok menyabung ayam, dia diperintah untuk menghadap raja. Raja meminta agar mereka bertukar ayam. Setelah raja merayu Pak Kadok, mereka akhirnya bersepakat untuk bertukar ayam. Kemudian raja menanyakan apa taruhan untuk kali ini. Karena Pak Kadok miskin dan tidak mempunyai apapun, dia menjawab, “Ampun tuanku patik bukannya berharta yang patik ada cuma perkampungan patik saja. Maka jika tidak keberatan izinkan patik gadaikan kampung untuk taruhan kali ini.”

Raja pun menyetujui taruhannya. Setelah masing-masing melepaskan ayam, ternyata Biring Si Kunani menang. Melihat Biring menang, Pak Kadok melompat-lompat kegirangan. Dia lupa jika telah menukar ayamnya dengan ayam milik raja. Karena melompat-lompat terlalu bersemangat, baju Pak Kadok terlepas. Orang-orang menertawakan Pak kadok yang telanjang. Karena merasa sangat malu, Pak Kadok berlari pulang.

“Malang Pak Kadok, ayam menang, kampung tergadai!” kata raja.



Pak Lebai Malang

Suatu hari di sebuah kampung Sumatera Barat hiduplah seorang lelaki tua bernama Pak Lebai. Suatu hari, Pak Lebai mendapat dua buah undangan di daerah yang berbeda. Pak Lebai menjadi bingung. Jika ia pergi ke hulu sungai ia akan mendapat hadiah dua ekor kepala kerbau sedangkan jika ia pergi ke hilir sungai ia hanya mendapat satu ekor kepala kerbau. Pak Lebai segera berganti pakaian dan mengayuh sampannya ke hulu sungai. Namun ia bingung, kemudian ia mengayuh sampannya ke hilir sungai. Lagi-lagi Pak Lebai bingung dan mengayuh sampannya ke hulu sungai. Sesampainya di sana, Pak Lebai bertanya kepada para undangan bagaimana hidangannya. Mereka menjawab kalau kerbau yang dipotong terlalu kurus. Tanpa pikir panjang, Pak Lebai memutar sampannya ke kampung hilir. Namun ternyata pesta yang diadakan sudah berakhir. Karena tidak mau kehilangan kesempatan, Pak Lebai kembali mengayuh sampannya ke hulu sungai. Namun ternyata pestanya juga sudah berakhir. Pak Lebai akhirnya pulang tanpa membawa apapun.

Ketika sampai di rumah, Pak Lebai berfikir untuk pergi memancing dan membawa anjingnya. Ia juga tidak lupa membawa bekal makan siangnya. Sesampainya di sungai, Pak Lebai segera melempar kail, tak lama kemudian ternyata umpannya dimakan seekor ikan. Namun malang, mata kailnya tersangkut batu. Pak Lebai kemudian segera terjun ke sungai dan mengambil ikan yang memakan umpannya. Ketika sampai di dasar sungai, ternyata ikan itu sudah terlepas. Pak Lebai akhirnya kembali tanpa membawa ikan. Menjelang senja, Pak Lebai mulai merasa lapar, namun lagi-lagi ia mendapat sial karena bekal yang dibawanya ternyata sudah dimakan oleh anjingnya.



Pak Belalang

Pak Belalang dengan tiga anaknya hidup sangat kekurangan. Disebut Pak Belalang karena anak tertuanya bernama Belalang. Suatu hari, ia ingin memperoleh makan. Ia menyuruh anaknya untuk menyembunyikan kerbau. Kemudian ingin menyuruh anaknya untuk memberitahukan kepada warga, bagi yang ingin mengetahui di mana kerbau mereka, mereka harus bertanya kepada ayahnya, Pak Belalang. Keberhasilan Pak Belalang menebak tempat kerbau berada membuat ia mendapat beras, padi, tembakau, dan ikan sebagai hadiahnya. Kemudian Pak Belalang terkenal sebagai orang yang pandai bertenung (peramal).

Suatu hari, raja kehilangan tujuh peti berisi barang berharga. Pak Belalang lalu dipanggilnya dan jika ia tidak dapat menebak maka ia akan dibunuh. Sampai di rumah, Pak Belalang berbaring sambil menghitung roti yang dimasak isterinya. Selesai pada hitungan ketujuh dengan takdir Allah muncullah ketujuh pencuri peti raja. Kemudian Pak Belalang membawa ketujuh pencuri ke istana dan menyerahkannya pada raja. Atas keberhasilan itu, Pak Belalang mendapat hadiah banyak sekali dan mendapat gelar ahli nujum dari raja.

Sekali lagi Pak Belalang diancam dengan ancaman bunuh jika ia tidak dapat menebak apa yang ada ditangan raja. Pak Belalang tidak dapat menebaknya. Sambil mengis mengenang anaknya yang bernama Belalang, ia pun berkata, “Matilah aku, tinggallah, anakku, Belalang.” Dan ternyata yang digenggam raja adalah seekor belalang. Setelah itu Pak Belalang ingin mengakhiri sandiwaranya, ia berencana akan membakar rumahnya dan mengatakan pada raja jika surat-surat ilmunya juga terbakar. Sehingga raja tidak akan mengejarnya untuk menebak-nebak lagi. Setelah rumahnya terbakar Pak Belalang tidak bekerja lagi dan ia mendapatkan semua kebutuhan hidupnya dari raja secara gratis.



Abu Nawas dan Pukulan yang Menjadi Dinar

Pada suatu hari Abu Nawas datang ke istana. Ia bercerita dengan sultan dengan gembira. Tiba-tiba sultan menyuruh Abu Nawas membawa ibunya ke istana. Jika ia berhasil, sultan akan memberinya hadiah seratus dinar. Abu Nawas tak menyangka jika sultan menyuruhnya untuk membawa ibunya, padahal sultah tahu kalau ibunya sudah meninggal. Namun Abu Nawas tetap menyanggupinya.

Abu Nawas kemudian pergi menyusuri kota untuk mencari seorang ibu angkat. Kemudian ia bertemu seorang penjual kue apem dan meminta ibu itu untuk menjadi ibu angkatnya. Abu Nawas menceritakan tentang perintah sultan dan berjanji akan membagi dua hadiah itu. Ibu itupun menyetujuinya. Setelah itu Abu Nawas menyerahkan tasbih dan menyuruh ibu itu untuk terus menghitung biji tasbih meskipun di depan sultan dan jangan menjawab pertanyaan yang diajukan sultan.

Keesokan harinya Abu Nawas datang ke istana dengan menggendong wanita tua. Setelah duduk, ibu itupun menghitung biji tasbih tanpa henti dan tidak pernah menjawab pertanyaan dari sultan. Sultan merasa tersingggung karena ibu itu tidak menjawab pertanyaannya satupun. Abu Nawas berkata, “Ya tuanku Syah alam, suami ibu patik ini 99 banyaknya. Beliau sengaja menghafal nama-nama mereka satu persatu, dan tidak akan berhenti sebelum selesai semuanya.”

Begitu mendengar pernyataan Abu Nawas, ibu itu marah dan memohon ampun karena telah membohongi sultan. Sultan hanya tertawa mendengar pengakuan dari ibu itu dan menyuruh pengawalnya memukul Abu Nawas seratus kali karena tidak dapat memenuhi janjinya. Abu Nawas mengatakan kalau hadiah yang diterimanya akan dibagi dua dengan ibu itu. Jadi jika dia mendapat hukuman seratus kali pukulan, ibu itu juga harus mendapat lima puluh kali pukulan. Karena merasa kasihan kepada ibu itu, sultan akhirnya memberikan uang lima puluh dinar dan berpesan agar tidak mudah percaya kepada Abu Nawas. Abu Nawas merasa perlakuan sultan tidak adil, ia berkata, “Ya tuanku Syah Alam, ampun beribu ampun, jika ibuku telah mendapat anugerah dari paduka, tidak adil kiranya bila anaknya ini dilupakan begitu saja.”

Sambil tersenyum sultan memberi lima puluh dinar kepada Abu Nawas. Semua orang tertawa dalam hati.

0 komentar:

Posting Komentar